ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
CVA
/ STROKE INFARK
I.PENDAHULUAN.
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat
dengan istilah Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA.Kelainan
ini terjadi pada organ otak.Lebih
tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh
darah otak.Stroke menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita
(selisih 19 % lebih tinggi)dan usia
umumnya di atas 55 tahun.
II.PENYEBAB dan KLASIFIKASI.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh
rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah
yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1.Faktor resiko yang
dapat diobati / dicegah :
§ Perokok.
§ Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
§ Tekanan darah tinggi.
§ Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
§ Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2.Faktor resiko yang
tak dapat di rubah :
§ Usia di atas 65.
§ Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis
yang meningkatkan resiko serangan stroke).
§ DM.
§ Keturunan ( Keluarga ada stroke).
§ Pernah terserang stroke.
§ Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
§ Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
Secara patologik suatu infark dapat di bagi dalam :
1.
Trombosis pembuluh darah ( trombosis serebri ).
2.
Emboli a.l dari jantung (emboli serebri ).
3.
Arteritis sebagai akibat lues /
arteritis temporalis.
KLASIFIKASI :
Secara klinis
stroke di bagi menjadi :
1.
Serangan Ischemia Sepintas (
Transient Ischemia Attack / TIA ).
2.
Stroke Ischemia ( Stroke non
Hemoragik ).
3.
Stroke Hemoragik.
4.
Gangguan Pembuluh Darah Otak
Lain.
Sumber :
2000, Harsono ED, Kapita Selekta
Neurologi, Gajah Mada UP, hal : 84.
III.PATOFISIOLOGI.
(Sumber : Susan
C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY,
1998, hal.350 dan 363).
IV.TANDA DAN GEJALA.
1.
Jika terjadi peningkatan TIK
maka dijumpai tanda dan gejala :
§ Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons
terhadap stimulus.
§ Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.
§ Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral
dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
§ Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas
irreguler, peningkatan suhu tubuh.
§ Keluhan kepala pusing.
§ Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2.Kelumpuhan dan kelemahan.
3.Penurunan penglihatan.
4.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5.Pelo / disartria.
6.Kerusakan Nervus Kranialis.
7.Inkontinensia alvi dan uri.
V.PENATALAKSANAAN MEDIK.
A.PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1.LABORATORIUM.
§ Hitung darah lengkap.
§ Kimia klinik.
§ Masa protombin.
§ Urinalisis.
2.DIAGNOSTIK.
§ SCAN KEPALA
§ Angiografi serebral.
§ EEG.
§ Pungsi lumbal.
§ MRI.
§ X ray tengkorak
B.PENGOBATAN.
1.Konservatif.
a.Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b.Mencegah peningkatan TIK.
§ Antihipertensi.
§ Deuritika.
§ Vasodilator perifer.
§ Antikoagulan.
§ Diazepam bila kejang.
§ Anti tukak misal cimetidine.
§ Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah terkena infeksi,
hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
§ Manitol : mengurangi edema otak.
2.Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap
akan membahayakan kehidupan klien.
3.Pada fase sub akut / pemulihan
( > 10 hari ) perlu :
§ Terapi wicara.
§ Terapi fisik.
§ Stoking anti embolisme.
VI. KOMPLIKASI DAN
PENCEGAHAN STROKE.
§ Aspirasi.
§ Paralitic illeus.
§ Atrial fibrilasi.
§ Diabetus insipidus.
§ Peningkatan TIK.
§ Hidrochepalus.
PENCEGAHAN :
§ Kontrol teratur tekanan darah.
§ Menghentikanmerokok.
§ Menurunkan konsumsi kholesterol dan kontrol cholesterol rutin.
§ Mempertahankan kadar gula normal.
§ Mencegah minum alkohol.
§ Latihan fisik teratur.
§ Cegah obesitas.
§ Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.
VI.ASUHAN KEPERAWATAN.
A.PENGKAJIAN
BIODATA
Pengkajian
biodata di fokuskan pada :
Umur : karena
usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis
kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di
banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
KELUHAN UTAMA.
Biasanya klien
datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta
disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN.
Jenis CVA
Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu klien biasanya langsung di bawa ke Rumah
Sakit.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.
Perlu di kaji
adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia
karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak
menjadi menurun.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.
Kronologis
peristiwa CVA Bleeding sering setelah
melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi
keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.
Perlu di kaji
mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
Apabila telah
mengalami kelumpuhan sampai terjadinya
koma maka perlu klien membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
§ mandi
§ makan/minum
§ bab / bak
§ berpakaian
§ berhias
§ aktifitas mobilisasi
PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI.
BI ( Bright / pernafasan).
Perlu di kaji
adanya :
§ Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks
batuk.
§ Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
§ Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
§ Catat jumlah dan rama nafas
B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya :
tanda-tanda peningkatan TIK yaitu
peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan
jumlah nadi.
B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )
Kaji adanya
keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya
pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran .
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda
inkontinensia uri.
B5 ( Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda
inkontinensia alfi.
B6 ( Bone : Tulang dan Integumen
).
Kaji adanya
kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring
lama.Kekuatan otot.
SOSIAL INTERAKSI.
Biasanya di
jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis,
klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.
B.DIAGNOSA YANG MUNCUL.
1.
Resiko peningkatan TIK
berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak .
2.
Intoleransi aktifitas (ADL)
berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
3.
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
5.
Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang informasi prognosis dan terapi.Kurang
pengetahuan prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah
interpretasi.
6.
Resiko injury berhubungan
dengan kelemahan dan kelumpuhan, penurunan kesadaran.
7.
Gangguan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan
hemiplegi.
8.
Inkoninensia uri berhubungan
dengan defisit neurologis.
9.
Inkontinensia alfi berhubungan
dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan
neurologis.
10.
Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas, parise dan paralise.
11.
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.
12.
Gangguan persepsi sensori :
perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori.
13.
Resiko terjadinya : kekeringan
kornea, Pneumonia ortostatik sekunder
kehilangan kesadaran.
C.INTERVENSI
KEPERAWATAN.
Rencana
keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1.RESIKO PENINGKATAN TIK BERHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN
ISI OTAK SEKUNDER TERHADAP
HIPOKSIA, EDEMA OTAK.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
§ Peningkatan tekanan darah.
§ Nadi melebar.
§ Pernafasan cheyne stokes
§ Muntah projectile.
§ Sakit kepala hebat.
Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Pantau tanda
dan gejala peningkatan TIK
§ tekanan darah
§ nadi
§ GCS
§ Respirasi
§ Keluhan sakit kepala hebat
§ Muntah projectile
§ Pupil unilateral
|
Deteksi dini
peningkatan TIK untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
|
2.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra indikasi.Hindari
mengubah posisi dengan cepat.
|
Meninggikan
kepala dapat membantu drainage vena untuk mengurangi kongesti vena.
|
3.
|
Hindari
hal-hal berikut :
Masase karotid
Fleksi leher
atau rotasi > 45 derajat.
Rangsangan
anal dengan jari(boleh tapi dengan hati-hati ) hindari mengedan, fleksi
ekstrem panggul dan lutut.
|
Masase karotid memperlambat frekuensi jantung dan
mengurangi sirkulasi sistemik yang diikuti peningkatan sirkulasi secara
tiba-tiba.
Fleksi atau
rotasi ekstrem leher mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial.
Aktifitas ini
menimbulkan manuver valsalva yang merusak aliran balik vena dengan kontriksi
vena jugularis dan peningkatan TIK.
|
4.
|
Konsul dokter
untuk mendapatkan pelunak feces jika di perlukan.
|
Mencegah
konstipasi dan mengedan yang menimbulkan manuver valsalva.
|
5.
|
Pertahankan
lingkungan tenang, sunyi dan
pencahayaan redup.
|
Meningkatkan
istirahat dan menurunkan rangsangan membantu menurunkan TIK.
|
6.
|
Berikan
obat-obatan sesuai dengan pesanan:
§ Anti hipertensi.
§ Anti koagulan.
§ Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit.
§ Pelunak feces.
§ Anti tukak.
§ Roborantia.
§ Analgetika.
§ Vasodilator perifer.
|
§ Menurunkan tekanan darah.
§ Mencegah terjadinya trombus.
§ Mencegah defisit cairan.
§ Mencegah obstipasi.
§ Mencegah stres ulcer.
§ Meningkatkan daya tahan tubuh.
§ Mengurangi nyeri.
§ Memperbaiki sirkulasi darah otak.
|
2.GANGGUAN
MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE / HEMIPLEGIA
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
1.
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
2.
Klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Ubah posisi klien tiap 2 jam
2.
Ajarkan klien untuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
3.
Lakukan gerak pasif pada
ekstrimitas yang sakit
4.
Berikan papan kaki pada
ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
5.
Tinggikan kepala dan tangan
6.
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
|
§ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan
§ Gerakan aktif memberikan massa,
tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
§ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan
|
3.GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : PERABAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEKANAN PADA SARAF
SENSORI.
Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.
Kriteria hasil :
§ Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
§ Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
§ Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap
perubahan sensori
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan kondisi patologis
klien
2.
Kaji kesadaran sensori,
seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa
persendian
3.
Berikan stimulasi terhadap
rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba.
Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.
4.
Lindungi klien dari suhu yang
berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal
5.
Anjurkan klien untuk
mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh
yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan
seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area
yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang
sakit.
6.
Hilangkan
kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.
7.
Lakukan validasi terhadap
persepsi klien
|
1.
Untuk mengetahui tipe dan
lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
2.
Penurunan kesadaran terhadap
sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan
kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko
terjadinya trauma.
3.
Melatih kembali jaras
sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien
untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang
terpengaruh.
4.
Meningkatkan keamanan klien
dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
5.
Penggunaan stimulasi
penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.
6.
Menurunkan ansietas dan
respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori
berlebih.
7.
Membantu klien untuk
mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.
|
4.KURANGNYA
PERAWATAN DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE/HEMIPLEGI DAN KEHILANGAN KESADARAN.
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
§ Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
§ Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan kemampuan dan
tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
2.
Beri motivasi kepada klien
untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
3.
Hindari melakukan sesuatu
untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
4.
Berikan umpan balik yang positif
untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
5.
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi/okupasi
|
1.
Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2.
Meningkatkan harga diri dan
semangat untuk berusaha terus-menerus
3.
Klien mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
4.
Meningkatkan perasaan makna
diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
5.
Memberikan bantuan yang
mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus
|
5.RESIKO GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN OTOT MENGUNYAH DAN MENELAN SEKUNDER KEHILANGAN
KESADARAN.
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
§ Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
§ Hb dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan kemampuan klien
dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
2.
Letakkan posisi kepala lebih
tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
3.
Stimulasi bibir untuk menutup
dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah
dagu jika dibutuhkan
4.
Letakkan makanan pada daerah
mulut yang tidak terganggu
5.
Berikan makan dengan berlahan
pada lingkungan yang tenang
6.
Mulailah untuk memberikan
makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
7.
Anjurkan klien menggunakan
sedotan meminum cairan
8.
Anjurkan klien untuk
berpartisipasidalam program latihan/kegiatan.
9.
Kolaborasi dengan tim dokter
untuk memberikan ciran melalui iv atau
makanan melalui selang
|
1.
Untuk menetapkan jenis
makanan yang akan diberikan pada klien
2.
Untuk klien lebih mudah untuk
menelan karena gaya
gravitasi
3.
Membantu dalam melatih
kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
4.
Memberikan stimulasi sensori
(termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan masukan
5.
Klien dapat berkonsentrasi
pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
6.
Makan lunak/cairan kental
mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
7.
Menguatkan otot fasial dan
dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
8.
Dapat meningkatkan pelepasan
endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
9.
Mungkin diperlukan untuk
memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu melalui mulut
|
Evaluasi
Evaluasi merupakan
langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi,
dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
(Lismidar, 1990).
PUSTAKA.
1.
Marylin Doengus , TERJEMAHAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ,
EGC, 1999.
2.
Lynda Jual C ,RENCANA ASUHAN DAN DOKUMENTASI
KEPERAWATAN, EGC,1999.
3.
Anna Owen ,PEMANTAUAN PERAWATAN KRITIS, , EGC, 1997.
4.
Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING,
W.B SOUNDERS COMPANY, 1998
5.
Harsono,ED, NEUROLOGI KLINIS, GAJAH MADA UNIVERSITY
PRESS, 1996.
6.
2000, Harsono ED, KAPITA SELEKTA NEUROLOGI, Gajah Mada UP.
Bersihan jalan napas tak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan batuk aktif sekunder gangguan kesadaran.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
Ü Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan
peningkatan pertukaran udara.
Ü Mendemontrasikan batuk efektif.
Ü Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan
sekresi.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang
efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
|
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
|
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat
pengontrolan batuk.
|
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan
dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
|
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak
mungkin.
|
R/ Memungkinkan ekspansi paru
lebih luas.
|
4. Lakukan pernapasan diafragma.
|
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas
dan meningkatkan ventilasi alveolar.
|
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari
dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
|
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru
mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
|
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien
batuk.
|
R/
Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
|
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan
viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan
masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
|
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan
dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
|
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik
setelah batuk.
|
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa
kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
|
9.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pelaksanaan fisioterapi dada / postural
drainase
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
|
R/ Expextorant untuk memudahkan
mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya.
|
Posted By Belajar Askep
Jangan Asal CoPas!!! baca aturannya
Terima kasih telah membaca artikel: ASKEP CVA INFARK Silahkan baca artikel Blog ©Belajar Askep Lainya Dibawah ini:
Comments : Ada 0 komentar untuk ASKEP CVA INFARK
Post a Comment