A.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR
CERVICALIS
1. Pengertian

2. Patofisiologis dikaitkan dengan
KDM
1. Akibat suatu trauma mengenai tulang belakang
a. Jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga
Mengakibatkan
patah tulang belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis
Fraktur
dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif
Dan
dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar,
Kontusio,
kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan
Peredaran
dara
1) Blok syaraf parasimpatis pelepasan mediator kimia
kelumpuhan
Kelumpuhan otot pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi
Iskemia dan hipoksemia syok spinal gangguan fungsi
rek-
Tum,
kandung kemih
Gangguan kebutuhan oksigen gangguan rasa nyaman nyeri nyeri terus,
Dan
potensial komplikasi
Hipotensi,
bradikardia gangguan eliminasi
3.
Data
fokus.
Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi
kelemahan selama syok spinal
Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan
perubahan posisi, hipotensi, bradikardia ekstremitas dingin atau pucat
Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih,
retensi urine, distensi perut, peristaltik usus hilang
Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan
marah, takut cemas, gelisah dan menarik diri.
Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik
usus hilang
Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam
melakukan ADL
Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan
atau kaki, paralisis flasid, hilangnya sensai dan hilangnya tonus otot,
hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis.
Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat
diatas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada derah trauma.
Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
Keamanan : suhu yang naik turun
4.
Pemeriksaan
diagnostik
Sinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera
tulang (fraktur atau dislok)
CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas
MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru
AGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya
ventilasi
5.
Diagnosa
keperawatan
5.1
Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah
diberikan oksigen
Kriteria hasil : ventilasi adekuat, PaO2 > 80,
PaCo2 < 45, rr = 16-20 x/mt, tanda sianosis –
Intervensi keperawatan :
- Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
- Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret. Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
- Kaji fungsi pernapasan. Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
- Auskultasi suara napas. Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pnemonia.
- Observasi warna kulit. Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera
- Kaji distensi perut dan spasme otot. Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
- Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.
- Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
- Pantau analisa gas darah. Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
- Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
- Lakukan fisioterapi nafas. Rasional : mencegah sekret tertahan
5.2
Diagnosa
keperawatan : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dng kelumpuhan
Tujuan perawatan : selama perawatan gangguan
mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan pembedahan.
Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot
meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.
Intervensi keperawatan :
- Kaji secara teratur fungsi motorik. Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum
- Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan. Rasional memberikan rasa aman
- Lakukan log rolling. Rasional : membantu ROM secara pasif
- Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki. Rasional mencegah footdrop
- Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling. Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik
- Inspeksi kulit setiap hari. Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
- Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam. Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.
5.3
Diagnosa
keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera
Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah
diberikan perawatan dan pengobatan
Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurang
Intervensi keperawatan :
- Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5. Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
- Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus. Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.
- Berikan tindakan kenyamanan. Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
- Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi. Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
- Berikan obat antinyeri sesuai pesanan. Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.
5.4
Diagnosa
keperawatan : gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan
persarafan pada usus dan rektum.
Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya
gangguan eliminasi alvi/konstipasi
Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur
sehari 1 kali
Intervensi keperawatan :
1.
Auskultasi
bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.Rasional : bising usus mungkin
tidak ada selama syok spinal.
2.
Observasi
adanya distensi perut.
3.
Catat
adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. Rasional : pendarahan
gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.
4.
Berikan
diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces
5.
Berikan
obat pencahar sesuai pesanan. Rasional: merangsang kerja usus
5.5
Diagnosa
keperawatan : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan
syarat perkemihan.
Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama
perawatan
Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan
eliminasi uirine tidak ada
Intervensi keperawatan:
1.
Kaji
pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. Rasional : mengetahui fungsi
ginjal
2.
Palpasi
kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
3.
Anjurkan
pasien untuk minum 2000 cc/hari. Rasional : membantu mempertahankan fungsi
ginjal.
4.
Pasang
dower kateter. Rasional membantu proses pengeluaran urine
5.6
Diagnosa keperawatan : gangguan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama
Tujuan keperawatan : tidak terjadi
gangguan integritas kulit selama perawatan
Kriteria hasil : tidak ada dekibitus,
kulit kering
Intervensi
keperawatan :
1.
Inspeksi
seluruh lapisan kulit. Rasional : kulit cenderung rusak karena perubahan
sirkulasi perifer.
2.
Lakukan
perubahan posisi sesuai pesanan: untuk mengurangi penekanan kulit
3.
Bersihkan
dan keringkan kulit. Rasional: meningkatkan integritas kulit
4.
Jagalah
tenun tetap kering. Rasional: mengurangi resiko kelembaban kulit
5.
Berikan
terapi kinetik sesuai kebutuhan : Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik
dan perifer dan menurunkan tekanan pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit.
Daftar kepustakaan
:
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic
Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien, EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995),
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing
Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.
Sjamsuhidajat. R
(1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Posted By Belajar Askep
Jangan Asal CoPas!!! baca aturannya
Terima kasih telah membaca artikel: Askep Fraktur Cervicalis (Cidera Tulang Belakang) Silahkan baca artikel Blog ©Belajar Askep Lainya Dibawah ini:
Comments : Ada 0 komentar untuk Askep Fraktur Cervicalis (Cidera Tulang Belakang)
Post a Comment